SITUBONDO – Dalam peringatan Hari Buruh se-Dunia, yang akrab disapa May Day. Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, yang lebih dikenal dengan sapaan akrab Mas Rio, hadir di tengah-tengah jajaran perangkat daerah, termasuk Sekretaris Daerah dan Kepala Dinas Perangkat Kerja, Bapak Holil.
Turut hadir pula perwakilan dari unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), mulai dari Polres hingga perwakilan dari Komandan Kodim 0823 Situbondo, Letkol Inf Akhmad Alwi, yang diwakili oleh Bang Alex. Kehadiran Kepala BPJS Kesehatan Cabang Situbondo semakin melengkapi sinergi lintas sektor dalam acara yang penuh makna ini.
Selain kehadiran para pimpinan serikat buruh yang bersemangat. Tampak hadir Pengawas Ketenagakerjaan Kabupaten Situbondo, Ketua Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Mas Lukman, Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Ketua Konfederasi Serikat Buruh Kerakyatan Indonesia (KSBKI), Ketua Serikat Buruh Indonesia (SBI), dan Ketua Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN).
Tak ketinggalan, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kabupaten Situbondo beserta seluruh pimpinan perusahaan turut membaur, menciptakan dialog konstruktif antara pekerja dan pengusaha.
Mengawali pidatonya, Mas Rio dengan gaya khasnya yang santai namun sarat makna, mengajak hadirin untuk merenungkan perbedaan antara “May Day” yang terpisah dan “Mayday” yang digabung.
Mas Rio menjelaskan bahwa “Mayday” yang diucapkan berulang kali oleh pilot dalam situasi darurat adalah seruan meminta pertolongan. Analogi ini secara implisit menggambarkan esensi Hari Buruh sebagai momentum untuk menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak pekerja.
Mas Rio mengulas sejarah panjang di balik peringatan May Day. Ia mengingatkan kembali peristiwa kelam pada tanggal 1 Mei 1886 di Chicago, Amerika Serikat, di mana demonstrasi buruh yang menuntut upah layak dan jam kerja manusiawi berujung pada jatuhnya korban jiwa dan penangkapan aktivis. Tiga tahun berselang, tepatnya pada tanggal 1 Mei 1889, di Paris, Prancis, momentum perjuangan buruh ini diresmikan sebagai Hari Buruh Internasional.
Dengan nada penuh semangat, Mas Rio menegaskan bahwa peringatan Hari Buruh saat ini bukanlah sekadar merayakan hari libur. Ia mengapresiasi inisiatif Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan perwakilan serikat buruh yang sebelumnya berencana mengadakan acara di kantor dinas.
Namun, Mas Rio mengambil inisiatif untuk memindahkan lokasi peringatan ke pendopo kabupaten. Keputusan ini didasari oleh keyakinan bahwa pendopo sebagai rumah rakyat Situbondo adalah tempat yang lebih luas dan representatif untuk menampung aspirasi para pekerja.
“Sejak saya menjadi bupati, portal pendopo ini saya buka lebar-lebar. Ini bukan milik saya, ini milik seluruh rakyat Situbondo. Silakan datang kapan saja,” ujar Mas Rio dengan penuh ketulusan.
Mas Rio menekankan bahwa momen peringatan Hari Buruh Internasional adalah kesempatan yang tepat untuk mendengarkan secara langsung aspirasi dari para pekerja. Bahkan, ia mengaku terkesan dengan lagu-lagu perjuangan yang dinyanyikan, lagu-lagu yang juga sering beliau lantunkan saat menjadi mahasiswa dan aktif dalam gerakan demonstrasi.
Dengan latar belakang aktivis yang melekat dalam dirinya, Mas Rio menyatakan kesiapannya untuk mendampingi dan memfasilitasi para buruh dalam menyuarakan aspirasi mereka. Ia bahkan berkelakar bahwa jika para buruh ingin berdemonstrasi, beliau siap menemani.
Namun, Mas Rio juga membuka opsi lain seperti bakti sosial dan pemotongan tumpeng sebagai wujud syukur dan kebersamaan. Ia menyadari bahwa demonstrasi terkadang merepotkan aparat kepolisian, berbeda dengan dirinya yang memiliki pengalaman serupa di masa lalu.
Mas Rio mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memanfaatkan latar belakangnya sebagai seorang aktivis. Ia mencontohkan bagaimana keberpihakannya terhadap para pekerja ditunjukkan dalam penanganan kasus PT Salem.
Mas Rio membuka pintu pendopo bagi perwakilan pekerja dan menawarkan bantuan fasilitas pemerintah daerah, seperti bus, jika mereka ingin menyampaikan aspirasi ke Jakarta. Namun, ia juga menekankan pentingnya penyelesaian masalah-masalah kecil di tingkat lokal.
Menyikapi isu-isu terkini terkait buruh di Indonesia, Mas Rio menyoroti isu klasik mengenai Upah Minimum Kabupaten (UMK). Ia menyadari bahwa UMK selalu menjadi isu tahunan dan menjadi perhatian utama dalam pergerakan buruh pasca reformasi.
Namun, Mas Rio juga menyampaikan keterbatasan pemerintah sebagai regulator. Beliau mencontohkan kondisi para tenaga honorer di lingkungan pemerintah daerah yang gajinya bahkan lebih rendah dari UMK, sebuah ironi yang perlu menjadi perhatian bersama.
Mas Rio berbagi pengalaman pribadinya terkait kondisi pekerja di perusahaannya di Jember, PT Sumber Artayasa, di mana gaji supir dan buruh minimal mencapai Rp 3,5 juta. Ia menyadari bahwa kondisi riil di Situbondo saat ini membutuhkan investasi untuk menciptakan lapangan kerja.
Oleh karena itu, hubungan yang sehat antara pengusaha dan buruh menjadi kunci utama. Mas Rio mengingatkan bahwa jika pengusaha merasa terganggu, bukan hanya oleh buruh tetapi juga oleh pemerintah, maka investasi dan rekrutmen tenaga kerja di Situbondo akan terhambat.
Mas Rio mengajak semua pihak untuk menjaga kondusifitas. Kehadiran perwakilan serikat buruh, TNI, Polri, pemerintah daerah, dan pengusaha di pendopo adalah wujud kolaborasi yang harus terus diperkuat. Ia menanggapi aspirasi terkait kenaikan UMK yang disampaikan oleh perwakilan buruh dan berjanji akan memperjuangkan aspirasi tersebut dengan menyampaikan secara baik-baik kepada pihak terkait.
Mas Rio menyadari bahwa persoalan buruh tidak hanya seputar UMK, tetapi juga banyak permasalahan lain yang belum terselesaikan. Ia menegaskan komitmennya untuk terus bersama para pekerja dan memperjuangkan apa yang bisa diperjuangkan.
Namun, Mas Rio juga meminta dukungan dan kedisiplinan dari para pekerja. Ia menerima laporan dari pengusaha mengenai tuntutan yang terus-menerus terkadang tidak diimbangi dengan produktivitas yang optimal. Oleh karena itu, keseimbangan antara hak dan kewajiban menjadi penting dalam dinamika perburuhan.
Mas Rio menyadari bahwa dinamika perburuhan dan hubungan industrial adalah isu yang tidak pernah selesai. Sebagai seorang bupati, ia tidak memiliki kekuatan super untuk menyelesaikan semua permasalahan secara instan.
Mas Rio berkomitmen untuk mendengarkan keluhan dari kedua belah pihak, baik pengusaha maupun buruh, hingga tercapai solusi yang saling menguntungkan (win-win solution). Ia menilai bahwa kenaikan UMK secara moderat dan bertahap adalah langkah yang realistis dan dapat diterima oleh semua pihak.
Mas Rio berjanji akan memanggil para pengusaha untuk menyampaikan aspirasi dari para pekerja terkait kenaikan UMK per tahun. Ia menegaskan akan menekan para pengusaha untuk merealisasikan kenaikan tersebut. Jika tidak ada respons positif, beliau secara implisit menyampaikan konsekuensi yang mungkin diambil.
Isu lain yang menjadi perhatian adalah terkait BPJS Kesehatan. Mas Rio menerima laporan bahwa masih ada perusahaan yang mengurangi hak pekerja terkait BPJS atau bahkan tidak membayarkannya. Ia menegaskan bahwa dirinya bersama Wakil Bupati, Mbak Ulfi, dan seluruh perangkat daerah, akan berada di pihak para pekerja.
Mas Rio meminta para pekerja untuk tidak ragu menyampaikan keluhan atau mengajak beliau untuk melakukan pengecekan langsung ke lapangan. Ia membuka diri untuk dihubungi kapan saja.
Mas Rio mencontohkan bagaimana dirinya dan Mbak Ulfi aktif merespons berbagai macam pesan langsung (DM) di media sosial, mulai dari keluhan hingga aspirasi. Hal ini menunjukkan komitmen mereka untuk dekat dengan masyarakat dan mendengarkan secara langsung permasalahan yang dihadapi.
Mengakhiri sambutannya, Mas Rio kembali menegaskan bahwa dirinya berasal dari ruh perjuangan yang sama dengan para pekerja. Ia meminta para pekerja untuk tidak khawatir mengenai posisinya dan Mbak Ulfi. Mas Rio berjanji akan terus mendampingi dan mengawal perjuangan para pekerja.
Namun, Mas Rio juga akan terus menjalin komunikasi dengan para pengusaha karena investasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja di Situbondo. Oleh karena itu, mencari solusi yang saling menguntungkan adalah kunci utama.
Sebagai penutup, Mas Rio menyampaikan informasi mengenai situasi sulit yang dihadapi pemerintah daerah terkait tenaga honorer. Menjelang peringatan May Day, terdapat informasi mengenai 600 orang tenaga honorer yang harus dirumahkan karena berbagai faktor, seperti tidak masuk database, usia di atas 60 tahun, atau memilih mengikuti tes CPNS/PPPK.
Mas Rio mengungkapkan perjuangannya bersama Sekretaris Daerah, Kepala BKAD, dan bagian hukum untuk mempertahankan para tenaga honorer tersebut. Meskipun anggaran tersedia, aturan yang berlaku tidak memungkinkan untuk mempertahankan mereka. Bahkan, upaya untuk memberikan gaji selama 4 bulan atau tali asih pun tidak diperbolehkan karena berpotensi menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Mas Rio menggambarkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi dalam dua bulan pertama menjabat sebagai bupati. Ia bahkan menerima pesan dari seorang wakil bupati dari kabupaten lain yang mempertanyakan keberaniannya mengambil langkah-langkah tersebut.
Mas Rio dengan tegas menyatakan bahwa dirinya tidak khawatir selama tidak melakukan korupsi atau kecurangan dalam penyelenggaraan negara. Ia menyadari bahwa keputusannya mungkin menimbulkan ketidakpuasan dari pihak-pihak tertentu, namun beliau tetap berpegang pada prinsip penyelenggaraan negara yang baik.
Mas Rio juga menepis kekhawatiran terkait potensi tidak bisa mencalonkan diri kembali pada tahun 2030. Ia menegaskan bahwa dirinya masa bodoh dengan pencalonan dan akan fokus bekerja sesuai dengan kebenaran dan keadilan, termasuk dalam urusan buruh. Mas Rio kembali menegaskan komitmennya untuk berada di garda terdepan bersama para pekerja selama perjuangan mereka berada di jalur yang benar.
Namun, Mas Rio juga menyampaikan harapannya agar para pekerja tidak hanya menuntut, tetapi juga menjaga produktivitas perusahaan. Ia meyakini bahwa jika perusahaan untung, maka kesejahteraan buruh juga akan meningkat, menciptakan slogan yang ideal: “Buruh Sejahtera, Pengusaha Jaya”. Mas Rio berharap sinergi ini akan membawa Situbondo naik kelas.
Sebagai wujud perhatian dan apresiasi kepada para pekerja, Mas Rio mengumumkan rencana untuk mengadakan jalan sehat pada peringatan May Day tahun depan, sesuai dengan permintaan para pekerja.
Meskipun anggaran untuk tahun ini belum tersedia, Mas Rio berjanji akan mengalokasikan anggaran untuk acara tersebut pada tahun 2026, lengkap dengan hadiah-hadiah menarik, termasuk potensi hadiah umroh seperti yang pernah beliau berikan saat kampanye.
Mengakhiri sambutannya, Mas Rio mengucapkan terima kasih dan selamat merayakan Hari Buruh Internasional kepada seluruh hadirin. Ia mendoakan kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran bagi para pekerja dan pengusaha di Kabupaten Situbondo.
Acara peringatan May Day di pendopo Kabupaten Situbondo ini menjadi momentum penting untuk mempererat tali silaturahmi, menyuarakan aspirasi, dan membangun dialog yang konstruktif demi kemajuan bersama.