SITUBONDO – Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, bersiap menyambut gelaran akbar Latihan Bersama (Latma) Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2025, sebuah agenda rutin yang mempertemukan kekuatan maritim Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dan United States Navy (US Navy).
Namun, di balik esensi latihan militer yang bertujuan mempererat kerja sama bilateral dan meningkatkan kemampuan tempur, muncul sebuah terobosan gagasan yang berpotensi mengubah lanskap pariwisata daerah: “Wisata Perang.”
Ide inovatif ini digulirkan oleh Bupati Situbondo, yang melihat potensi unik dari Latma CARAT 2025 sebagai sebuah atraksi wisata minat khusus. Didukung penuh oleh pegiat wisata sekaligus fotografer kawakan, Eko K Kusumo, konsep “Wisata Perang” diharapkan mampu menghadirkan pengalaman yang berbeda dan ikonik bagi para pelancong yang mencari sensasi adrenalin dan wawasan mendalam tentang dunia militer.
Eko K Kusumo mengungkapkan antusiasmenya terhadap gagasan ini. Menurutnya, menyaksikan secara langsung rangkaian latihan militer akan memberikan pengalaman yang jauh berbeda dibandingkan sekadar menonton film perang atau membaca berita tentang konflik bersenjata.
“Ini adalah kesempatan emas bagi wisatawan untuk merasakan langsung atmosfer latihan, melihat ketangguhan prajurit TNI dan US Navy, serta mengagumi kecanggihan Alutsista pertahanan negara kita,” ujarnya penuh semangat.
Lebih lanjut, Eko K Kusumo meyakini bahwa “Wisata Perang” dapat menjadi wahana yang efektif untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat bela negara di kalangan masyarakat. Melihat dedikasi dan profesionalisme para prajurit dalam berlatih akan membangkitkan kebanggaan terhadap TNI dan kesadaran akan pentingnya pertahanan nasional.
Latma CARAT 2025 sendiri dijadwalkan berlangsung pada bulan Juni 2025 di Lapangan Tembak Karangtekok, Situbondo. Lokasi ini, dengan topografinya yang beragam dan menantang, akan menjadi panggung bagi berbagai skenario latihan yang melibatkan unsur laut, udara, dan darat. Manuver kapal perang, pendaratan amfibi, simulasi pertempuran udara, dan demonstrasi taktik tempur lainnya akan menjadi suguhan utama bagi para “wisatawan perang.”
Keunggulan “Wisata Perang” terletak pada keunikannya. Di tengah maraknya wisata alam dan budaya, atraksi yang menawarkan pengalaman mendebarkan dan edukatif seperti ini memiliki daya tarik tersendiri. Para wisatawan yang memiliki minat khusus pada dunia militer, sejarah peperangan, atau sekadar mencari pengalaman yang tidak biasa, akan menjadikan Situbondo sebagai destinasi yang wajib dikunjungi.
Selain itu, “Wisata Perang” juga berpotensi memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Situbondo. Kehadiran wisatawan akan meningkatkan permintaan terhadap akomodasi, transportasi, kuliner, dan produk-produk lokal lainnya. Ini akan menjadi angin segar bagi sektor pariwisata dan UMKM di daerah tersebut.
Untuk memaksimalkan potensi ini, Bupati Situbondo berencana mengemas Latma CARAT 2025 menjadi sebuah festival yang meriah. Selain atraksi utama berupa latihan militer, acara ini juga akan dimeriahkan dengan kehadiran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Jawa Timur serta Forkopimda kabupaten/kota se-Jawa Timur.
Tidak hanya itu, stand-stand UMKM dan kuliner khas daerah akan dihadirkan untuk memanjakan lidah para pengunjung dan mempromosikan produk-produk unggulan Situbondo. Pagelaran tari tradisional budaya Situbondo juga akan menjadi bagian dari acara, mengenalkan kekayaan seni dan budaya lokal kepada khalayak yang lebih luas.
Sinergi antara atraksi militer dan potensi wisata lokal ini diharapkan dapat menciptakan pengalaman yang holistik dan berkesan bagi para pengunjung. Mereka tidak hanya disuguhi aksi mendebarkan dari latihan militer, tetapi juga dapat menikmati keindahan alam, kelezatan kuliner, dan kekayaan budaya Situbondo.
Terobosan “Wisata Perang” ini bukan hanya sekadar memanfaatkan momentum Latma CARAT 2025, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk mengembangkan pariwisata minat khusus di Situbondo. Dengan menawarkan pengalaman yang unik dan berbeda, Situbondo berpotensi menarik wisatawan yang selama ini mungkin belum melirik potensi wisata daerah ini.
Jika gagasan ini berhasil direalisasikan dengan baik, “Wisata Perang” dapat menjadi ikon pariwisata baru bagi Situbondo, bahkan mungkin menjadi yang pertama di Indonesia. Ini akan menempatkan Situbondo pada peta pariwisata nasional sebagai destinasi yang inovatif dan berani menawarkan pengalaman yang tidak lazim.
Tentu saja, implementasi “Wisata Perang” memerlukan perencanaan dan koordinasi yang matang antara berbagai pihak, termasuk TNI AL, pemerintah daerah, pelaku pariwisata, dan masyarakat setempat. Aspek keamanan dan kenyamanan wisatawan harus menjadi prioritas utama.
Namun, dengan semangat kolaborasi dan visi yang kuat, “Wisata Perang” di Situbondo bukan lagi sekadar mimpi. Menyongsong Latma CARAT 2025, terobosan ini siap menjadi magnet baru bagi pariwisata minat khusus, membawa angin segar bagi perekonomian daerah, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air melalui pengalaman yang tak terlupakan. Situbondo bersiap mengukir sejarah baru dalam dunia pariwisata Indonesia.