SBINews.id – Situbondo | Bisnis lobster memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun internasional. HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy menjelaskan bahwa nama Indonesia dari lobster adalah Udang Barong alias Udang Karang.
Aktivis yang biasa dipanggil dengan nama Ji Lilur itu memaparkan bahwa di Asia, negara yang memiliki BBL (Benih Bening Lobster) hanya ada tiga negara, yaitu:
BBL dari Indonesia adalah yang terbaik dan diakui serta dipelihara oleh Vietnam. Vietnam, sebagai negara pengekspor lobster terbesar di dunia, mendapatkan BBL dari Indonesia sejak tahun 1992 secara selundupan melalui Singapura. Dua wilayah Singapura yang biasa digunakan untuk memutihkan selundupan dari Indonesia sebelum dikirim ke Ho Chi Minh, Vietnam adalah:
Dari Singapura, BBL selundupan dikirim ke Ho Chi Minh, Vietnam, lalu didistribusikan ke tiga provinsi sentra utama budi daya lobster di Vietnam:
Ada jutaan keramba lobster di Vietnam dengan miliaran lobster. Sementara itu, budi daya kerapu terbesar di Indonesia berada di Kabupaten Lombok Timur, NTB. Budi daya di Lombok Timur secara garis besar ada di tiga teluk:
Teluk terbesar yang digunakan untuk budi daya lobster sampai disebut Kampung Lobster adalah Teluk Jukung di Desa Telong Elong, Kecamatan Jeru Waru, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Di teluk ini hanya ada 500 keramba, dengan setiap keramba berisi antara 350 – 500 ekor lobster.
Total lobster yang dipelihara di Kampung Lobster NTB adalah maksimal 250.000 ekor. Jumlah ini tentu saja sangat jauh jika dibandingkan dengan Vietnam yang sudah memelihara dan berbudi daya lobster lebih dari 1 miliar ekor.
Sejak tanggal 9 September hingga 23 September, Ji Lilur mengutus 9 orang tim Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) untuk belajar kearifan lokal Lombok Timur dalam budi daya lobster.
Tim ini akan mempelajari, mengadopsi, lalu memodifikasi cara Kampung Lobster Lombok Timur berbudi daya lobster. Kemudian, 4 orang dari tim tersebut akan ditugaskan untuk belajar budi daya lobster di belasan kabupaten di tiga provinsi di Vietnam:
Ada banyak opsi untuk melakukan aksi budi daya lobster:
Ji Lilur memilih untuk memadu, meramu, lalu memodifikasi dan segera memulai. Untuk itu, ia juga sudah menugaskan 5 orang tim teknis pembuatan blok budi daya di teluk dari BALAD Grup untuk melakukan survei di gugusan Teluk Kangean, yang terdiri dari 14 teluk. Per hari ini, Jumat 13 September 2024, tim E-BARA BALAD Grup akan melakukan survei di 14 teluk di gugusan Teluk Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Pada tahap awal budi daya, BALAD Grup akan berbudi daya lobster di 5 provinsi:
Budi daya selanjutnya akan dilakukan di 567 teluk di 27 provinsi di Indonesia. Budi daya di NTT, Sulut, Maluku, dan Kepri menunggu terbentuknya joint venture antara 42 perusahaan di Indonesia bersama 21 perusahaan Vietnam.
Sementara itu, budi daya di gugusan Teluk Kangean akan dilakukan secara mandiri tanpa menunggu terbentuknya kerja sama operasional dengan perusahaan budi daya dari Vietnam. Budi daya lobster di gugusan Teluk Kangean akan dimulai pada Oktober 2024 dengan rencana tahap awal sebanyak lima ratus ribu ekor dan bertahap akan ditingkatkan menjadi sepuluh juta ekor.
Biaya termahal dari budi daya lobster ada tiga:
Ketersediaan pakan menjadi kunci suksesnya budi daya lobster, karena terlambat memberi pakan, lobster akan saling makan. Lobster adalah binatang kanibal yang bisa saling makan sesama lobster di dalam satu keramba. Ketersediaan pabrik pakan sendiri menjadi opsi niscaya jika menginginkan bisnis budi daya lobster terlaksana dengan sempurna.
Berapa biaya budi daya per ekor? Jika rencana budi dayanya adalah per tahun, 1 ekor lobster dipelihara 1 tahun, maka kalkulasi biaya per ekor secara keseluruhan adalah lima ratus ribu rupiah. Jika memelihara 1 juta ekor lobster selama 1 tahun maka biayanya secara total adalah lima ratus miliar rupiah. Jika memelihara sepuluh juta ekor lobster selama 1 tahun maka biayanya secara total adalah lima triliun rupiah.
Angka dalam hitungan di atas sudah termasuk pengadaan aset, mess karyawan, pos keamanan, kapal pengangkut pakan, sampan di dalam area budi daya serta perahu transportasi dari mess karyawan ke area budi daya.
Lalu dari mana modalnya? Modal awalnya tentu dibiayai sendiri, modal berikutnya dari hasil budi daya lobster di luar negeri alias dari hasil ekspor benih bening lobster ke Vietnam. Ji Lilur meyakini, bersama puluhan pengusaha budi daya lobster Vietnam, ia dan BALAD Grup bisa membawa Indonesia sebagai pemilik benih bening lobster menjadi raja ekspor lobster dunia.
Pewarta: Hamzah
Sumber: Percakapan WAG
Editor: Redaksi