Paradoks Adipura dan Banjir; Rizky: Situbondo Mana Yang Dinilai?

Situbondo, SBINews.id – Kabupaten Situbondo baru-baru ini meraih penghargaan Adipura, sebuah pengakuan atas kebersihan dan pengelolaan lingkungan yang baik. Namun, penghargaan ini telah memicu pertanyaan di kalangan masyarakat, terutama dari Rizky, seorang aktivis kemasyarakatan yang peduli dengan isu-isu sosial.

 

Example 379x315

Rizky melontarkan pertanyaan, area mana di Situbondo yang dinilai untuk penghargaan tersebut, mengingat kondisi sebagian besar wilayah, khususnya di bagian barat, yang menurutnya “jauh dari kata cantik dan bersih”. Ia secara khusus menyebut Alun-alun Kota Besuki, yang dianggapnya kini lebih mirip lapangan kumuh daripada ikon wilayah.

 

Selain itu, Rizky mengkritik janji bupati yang belum terpenuhi untuk merenovasi alun-alun Besuki dan menyoroti masalah banjir yang masih sering terjadi, termasuk wilayah lain di sekitar daerah aliran sungai, seperti Kauman dan Kampung Baru. Menurutnya, banjir seharusnya bisa diantisipasi, alih-alih dianggap sebagai faktor alam.

 

Rizky juga menyatakan kekecewaannya terhadap kinerja bupati, dengan mengatakan bahwa penghargaan Adipura hanya digunakan sebagai sarana untuk mencari popularitas dan mendukung ambisi politik bupati untuk periode kedua, sementara banyak masalah lingkungan dan sosial yang belum teratasi.

 

Penghargaan Adipura memang menjadi simbol prestasi bagi daerah, namun suara-suara kritis seperti Rizky mengingatkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai standar lingkungan yang sebenarnya layak dirayakan.

 

Risky juga menyoroti masalah pasar yang belum terselesaikan. Penghuni Pasar Besuki yang lama masih belum bisa dipindahkan ke lokasi baru. Meskipun pasar baru telah dibangun tahun lalu, hingga kini tidak digunakan secara maksimal.

 

“Yang terjadi hanya pemborosan anggaran. Sementara itu, bupati lebih sibuk dengan pembagian sembako dan beras ke desa-desa. Ini tidak efektif, sama saja dengan memanjakan masyarakat. Saatnya masyarakat diajak untuk berpikir lebih realistis. Jangan hanya tergantung pada bantuan. Jika bantuan diberikan secara merata, tidak ada masalah. Faktanya, bantuan yang selektif dan tidak jelas kriterianya hanya menciptakan ketidakadilan,” ujar Risky.

Baca Juga:
Polsek Banyuputih Dampingi PHPA TN Baluran Amankan Dugaan Illegal Logging

 

Aktivis yang dikenal vokal ini juga menekankan bahwa masyarakat Situbondo, terutama di wilayah barat, membutuhkan tindakan nyata, bukan sekadar janji. Harus ada investasi nyata yang sesuai dengan apa yang dijanjikan selama kampanye.

 

“Di mana para investor yang konon siap berinvestasi di Situbondo? Sampai menjelang akhir masa jabatan bupati, tidak ada investasi yang benar-benar terwujud. Semuanya hanya tinggal teori!” tegasnya dengan nada kritis.

 

Rizky berharap untuk masa depan Situbondo, dibutuhkan pemimpin yang benar-benar mampu bekerja dengan baik. Bukan pemimpin yang hanya pandai mengklaim ini dan itu tanpa bukti nyata. Klaim bahwa dirinya mendapat dukungan untuk dua periode hanya bersifat sepihak dari sang bupati.

 

“Klaim tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk melanjutkan kepemimpinan dua periode. Kinerja bupati selama ini kurang terlihat oleh publik. Hanya ada klaim tanpa bukti konkret. Bahkan program bibit BK1 dan BK2 yang seharusnya menjadi unggulan, pada kenyataannya tidak memenuhi harapan masyarakat,” tegas Rizky.

 

Sumber: Risky Reborn

Editor: Redaksi

error: