Situbondo, SBINews.id – Yusuf Rio Wahyu Prayogo, kandidat kuat calon Bupati Situbondo 2024-2029, menyampaikan keprihatinannya yang mendalam terhadap nasib para guru ngaji yang selama ini mendapat tekanan dari pihak tertentu. Dalam berbagai kesempatan, Mas Rio menegaskan bahwa para guru ngaji adalah pilar penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda melalui pendidikan agama yang mereka berikan. Berikut pesan-pesan Mas Rio, sambungan dari Part sebelumnya:
Menekan guru ngaji, itu kan nggak baik. Terlalu dipaksakan, harus ini, harus itu. Sudahlah, setiap Guru Ngaji saya yakin punya sambungan. Sambungan kepada pengasuh-pengasuh Pondok-pondok, santri kepada Kiai-kiai sebagai guru.
Insya’allah, saya yang bukan santri aja punya sambungan juga sekarang Pak. Doakan saya sehat. Semangat terus. Dan saya akan memperjuangkan apa yang menjadi kontrak saya dengan Beliau-beliau itu.
‘Ngateraghina, tak pongamponga, tak adhina’a’. Artinya apa, kalau saya maleyot, melenceng ketika jadi bupati, ada yang mengingatkan, pasti. Bukan saya didikte, tapi Beliau kan punya tanggung jawab moral terhadap masyarakat juga kalau saya korupsi.
Kenapa warnanya orange?
Selain warna penolakan, saya ingin menunjukkan, mengingatkan kepada diri saya nanti kalau jadi bupati. Itu juga pesan bapak saya sebelum meninggal. Bapak saya meninggal 10 Juni, tahun kemarin.
Saya tanya kepada Bapak, karena meninggalnya agak unik buat saya. Ketika itu saya masih di Situbondo, tiba-tiba keluarga dipanggil. Bapak berkata, “Aku sudah waktunya sekarang pulang. Aku sudah waktunya pulang, tolong belikan kain kafan sama semuanya, taruh di kamar.”
Saya kaget kan, kenapa kok ngomong seperti itu? Karena rencana saya maju sebagai calon bupati ini kan diskusinya cuma sama Bapak saya.
Saya berkata kepada Bapak, “Umur itu kan sudah ada yang urus, gitu. Bukan urusan kita,”
Bapak: “Ya, ini sudah waktunya kayaknya,”
Saya: “Loh, saya rencana mau calon bupati, mau pilkada ini, gimana?”
Bapak: “Ya gak apa-apa nak, kamu tak restui, semoga kamu terpilih, tapi ingat ya, kalau kamu terpilih, jangan pernah sampai korupsi, bikin malu.”
Pesan Bapak itu yang selalu saya ingat. Makanya kalau saya korupsi kan langsung dipakaikan orange oleh KPK. Yang malu bukan hanya saya dan keluarga saya pak tapi beliau juga malu, Bapak-bapak para Guru ngaji ini semuanya pasti akan malu juga kalau punya bupati terus dihukum dan masuk penjara ditangkap KPK. Mau gak seperti itu?
Mari kita bangun situbondo ini dengan nilai-nilai bahwa situbondo harus naik kelas, situbondo harus melompat, lebih tinggi, tanpa harus mengucilkan atau mengecilkan peran nilai baik yang ditanamkan oleh para Masyayikh, para kiai, termasuk juga para Guru Ngaji ini
Apa yang harus dilakukan mas Rio?
Saya punya catatan, karena sebelumnya kita bikin kajian yang pernah saya sampaikan kemarin di tiktok. Di situbondo ini ada 929 masjid, 3154 musholah, 13 gereja ada, 12 gereja katolik, 2 Pura, 2 Vihara dan 1 Klenteng. Dari catatan tersebut, mayoritas adalah Muslim. Saya sudah diskusi dengan beberapa masyarakat tentang apa yang harus dikerjakan, yaitu BOMM, Bantuan Operasional Masjid dan Musholah.
Bantuannya itu seperti apa sih?
Salah satunya berbentuk dukungan operasional kegiatan keagamaan dan kegiatan pemuda keagamaan. Termasuk misalnya dalam bentuk rehab, peningkatan fasilitas penunjang dan lain-lainnya.
Saya bukan orang yang paling paham segala hal, tapi saya harus selalu melibatkan banyak orang. Kalau untuk kepentingan para guru ngaji, saya ajak rembuk semua guru ngaji. Kalau urusan pertanian, saya ajak rembuk para tokoh-tokoh pertanian. Kalau urusan desa, saya ajak rembuk semua orang-orang yang pakar di desa. Begitu juga untuk hal-hal lainnya.
Setelah pendaftaran saya di KPU, nanti akan dijelaskan, banyak sekali program-program untuk keagamaan, termasuk pada guru ngaji dan program-program yang lainnya.
Di sini perkenalan saya, silaturahim di antara saya dengan jenengan semua. Ayo kita memaknai ini. Satu, saya ingin kenal. Kedua saya ingin silaturahim. Ketiga mari kita kembalikan lagi nilai-nilai yang ada di Situbondo ini pada tempatnya. Bukan nilai-nilai yang justru kontraproduktif dengan apa yang Bapak-Ibu ajarkan di musholah dan di masjid-masjid.
Kita mungkin harus akui bahwa Situbondo ini adalah basis Nahdliyin. Di hampir mayoritas, semua itu punya sambungan dengan Pondok Pesantren. Tapi kalau kemudian itu diobrak-abrik, tatanan itu dibuat menjadi rusak, tentu saya sebagai santri baru juga ada perasaan untuk menolak hal-hal itu. Semua ada waktunya, tapi jangan sampai merusak tatanan-tatanan yang sudah ada.
Bismillah. Semoga Tuhan meridhoi kita dan kita selalu diberi kesanggupan agar kita tidak terlepas dari rel yang sudah disiapkan oleh para Kyai, Masyayikh dan juga para Guru Ngaji sekalian.
Dengan komitmen ini, Mas Rio berharap dapat membawa perubahan positif dan memberikan rasa aman bagi para guru ngaji dalam menjalankan tugas mulia mereka. Ia mengajak semua pihak untuk bersatu dan bekerja sama dalam mewujudkan visi ini, demi kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Situbondo. (Tamat).
Sumber: Seperti disampaikan Mas Rio sebagai “Saya” di beberapa kesempatan.
Editor: Redaksi