Pesan Mas Rio kepada Para Guru Ngaji: (Part 1)

waktu baca 3 menit
Kamis, 4 Jul 2024 19:24 0 373 Editor

Situbondo, SBINews.id – Yusuf Rio Wahyu Prayogo, kandidat kuat calon Bupati Situbondo 2024-2029, menyampaikan keprihatinannya yang mendalam terhadap nasib para guru ngaji yang selama ini mendapat tekanan dari pihak tertentu. Dalam berbagai kesempatan, Mas Rio menegaskan bahwa para guru ngaji adalah pilar penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda melalui pendidikan agama yang mereka berikan. Berikut pesan-pesannya:

 

Saya sangat prihatin mendengar cerita dari para guru ngaji yang merasa tertekan dan khawatir akan kehilangan insentif mereka hanya karena pilihan politik mereka. Ini adalah situasi yang tidak adil dan tidak boleh dibiarkan terus berlanjut.

 

Mendengar tekanan-tekanan yang diterima oleh para Guru Ngaji. Saya langsung, ya Allah, sampai seperti itunya. Bahkan sekarang, ballpoint warna oranye saja nggak boleh. Baju warna oranye apa lagi. Sampai seperti itunya.

 

Saya berjanji akan memperjuangkan hak-hak para guru ngaji dan memastikan mereka mendapatkan perlindungan serta dukungan yang layak. Para guru ngaji berhak mendapatkan insentif dan dukungan tanpa harus merasa takut atau tertekan. Anggaran untuk mereka adalah uang rakyat, dan mereka berhak atas itu.

 

Ada semacam pengaruh kekuasaan yang mencengkram. Dan ini tidak baik buat saya. Apalagi pada Guru Ngaji. Mereka ini kan punya guru. Gurunya kan bukan bupati. Gurunya ya Beliau-beliau itu (para Kyai dan Masyayikh).

 

Kenapa harus sampai seperti itu?

 

Nah ini yang kemudian saya bilang ke teman-teman, boleh nggak kita ketemuan dengan para Guru Ngaji? Saya sebenarnya tak pede mau ketemuan dengan mereka ini, nggak merasa layak.

 

Apa yang harus saya pastikan?

 

Saya berdiri di sini sebagai calon bupati, bukan atas dasar keinginan pribadi saya. Bahwa saya ingin memperjuangkan apa yang oleh guru-guru kita itu. Apa itu? Sholawat Nariyah. Saya akan bilang ke semua orang, “Kalau Rio jadi bupati, kita akan bacakan Sholawat Nariyah.”

 

Hampir 90 persen setuju dengan ide saya. Kenapa itu harus diadakan lagi atau diteruskan? Karena itu adalah suatu kebaikan dan tidak ada satupun yang protes.

 

Toh itu juga baik untuk menguji mentalitas para PNS, ASN, honorer, atau mungkin murid-murid di sekolah. Dan juga, kalau dia itu bekerja, bekerjanya dianggap sebagai ibadah. Kalau dia mengalami kesulitan dalam bekerja, dengan bacaan sholawat, insya’allah akan dimudahkan pekerjaannya. Buat yang sekolah, tentu itu juga akan mempermudah proses belajar

 

Apa yang salah? Saya kira tidak ada yang salah. Yang salah adalah, Sholawat Nariyah dihilangkan atau ditambah-tambahi dengan jogetan-jogetan, Subhanallah..!!

 

Pada akhirnya, saya menulis buku tentang Sholawat Nariyah. Dulu tak ada buku sholawat nariyah. Tapi setelah kenal dengan Beliau-beliau, maka perlu saya sampaikan kepada semua tentang Sholawat Nariyah, yang selalu saya baca sehabis sholat. Kenapa? Karena itu bagus.

 

Kemudian untuk Guru Ngaji, para Ustadz-ustadz ini, yang mengalami tekanan, kan kita tahu, klaim tentang insentif. Sejak jaman Pak Ismu, itu sudah ada. Jaman Pak Dadang juga sudah ada. Seolah-olah ini baru ada di jaman sekarang ini. Kalau cuma soal besarnya, saya sudah diskusi sama teman-teman. Sama-sama mau memberikan insentif. (Bersambung).

 

Sumber: Seperti disampaikan Mas Rio sebagai “Saya” di beberapa kesempatan.

Editor: Redaksi

LAINNYA
error: