Foto: Yusuf Rio Wahyu Prayogo (Mas Rio).
Situbondo, SBINews.id – Tim Patenang, sebuah tim yang berisikan anak-anak muda enerjik, hari ini menginisiasi Press Conference yang bertajuk ‘Situbondo Kok Begini-Begini Saja?‘. Acara ini digelar di Resto AJoglo, Jl. Wijaya Kusuma, Situbondo, dengan pembicara tunggal Yusuf Rio Wahyu Prayogo, atau orang lebih mengenal dengan sebutan Mas Rio. Ratusan orang yang didominasi kalangan milenial terpantau menghadiri acara tersebut. Minggu (10/03/24).
Pada kesempatan awal, Mas Rio menyampaikan sebuah pesan dan pertanyaan dari masyarakat Situbondo, terutama generasi muda, yaitu Situbondo ngak reya malolo (madura – red), ngak ni’i lamomo (supingan – red) atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bermakna, ‘Kok Begini Begini Saja?’.
“Muncul pertanyaan besar dalam pikiran dan perasaan saya, padahal Situbondo ini adalah rumah kita semua. Rumah yang seharusnya membuat seluruh penghuninya merasa nyaman. Punya harapan dan pandangan ke masa depan untuk menjadi lebih baik dan lebih sejahtera,” sebut Mas Rio.
“Namun, realitanya, malah sebaliknya. Harapan-harapan itu ternyata terbentur dengan tembok yang kasat mata. Membuat seluruh potensi yang dimiliki orang-orang Situbondo tidak bisa dikembangkan. Dampaknya kemudian, Situbondo menjadi daerah yang dalam banyak sektor menjadi salah satu yang terendah di Provinsi Jawa Timur,” sambungnya.
Mas Rio berpandangan bahwa perlu ada perubahan dalam menentukan arah dan cara membangun Situbondo. Karena setelah ia berkeliling dan bertemu beberapa elemen masyarakat ternyata persoalan utama masyarakat Situbondo adalah terhambatnya akses mereka untuk bisa lebih maju.
Pola-pola kepemimpinan (leadership), lanjut Mas Rio, masih menonjolkan sistem top-down yang tidak menyenangkan. Tidak ada ruang partisipasi dan inovasi dari masyarakat. Peran masyarakat terlalu kecil untuk menentukan arah dan cara membangun Situbondo.
Pemimpin yang seharusnya menjadi dealer of hope atau pembawa harapan untuk bisa diwujudkan, malah menghambat. Sehingga kebersamaan dalam membangun daerah dan semua bisa merasakan manfaat dari hasil pembangunan tidak bisa terwujud.
Menurut Mas Rio, tujuan utama pembangunan, yaitu manfaat atau hasil pembangunan tidak bisa terwujud. Sementara tujuan utama demokrasi, yaitu kesejahteraan rakyat pun padam, redup apinya. Itulah penyebab mengapa Situbondo Kok Begini-Begini Saja / mak ngak reya malolo / mak ngak ni’i lomomo.
“Oleh karena itu, saya bersama tim memunculkan jargon “Patennang”. Maksudnya agar kita semua masyarakat Situbondo baik pribadi maupun organisasi maju untuk lebih baik lagi untuk kota kami tercinta ini,” papar Mas Rio.
Di sini Mas Rio membulatkan tekad untuk benar-benar membawa perubahan yang sebenar-benarnya di Kabupaten Situbondo. Berusaha membawa aspirasi politik kepada partai-partai politik dan kultur bersama seluruh masyarakat mewujudkan Situbondo Maju.
“Kita semua akan meredefinisi Situbondo atau membuat gagasan sebagai harapan baru akan seperti apa Situbondo sebagai rumah kita di masa depan,” pungkasnya.
Bella Dwi Indah Sari dan Marlutfi Yoandinas adalah dua orang yang bertindak sebagai moderator dalam acara tersebut. Mereka sekaligus sebagai Juru Bicara (Jubir) dari Tim Patenang.
Kepada Awak Media SBINews.id, Bella mengatakan bahwa gerakan sosial politik tersebut lahir dari kegelisahan anak muda Situbondo. Maka dari itu, ia dan Tim Patenang bersama Mas Rio menginginkan Situbondo bisa menjadi kabupaten yang lebih baik lagi dan berani untuk berubah menjadi lebih baik dan maju dalam segala lini.
“Ke depan kami, Tim Patennang bersama Mas Rio akan terus bergerak sampai ujungnya mas Rio menjadi bupati muda tahun 2024-2029, yang dipilih dan didukung oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Situbondo,” sebut Bella menutup pernyataan.
Sejumlah pertanyaan terlontar dari beberapa orang yang hadir. Semua terangkum dalam sesi tanya-jawab. Beberapa bahkan disampaikan dengan sangat agresif. Ada juga pertanyaan yang dititipkan melalui aplikasi Whatsapp. Semua pertanyaan tersebut mampu dijawab oleh Mas Rio dengan lugas dan cukup memuaskan.
Pewarta: Hamzah
Editor: Redaksi