SITUBONDO – Suasana Dusun Bataan, Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, terlihat berbeda pada Minggu pagi, 20 April 2025. Ribuan warga memadati ruas jalan yang ditutup khusus untuk kendaraan demi mendukung pembukaan Wiken Pagi, ajang wisata kuliner yang digagas dalam semangat pemberdayaan ekonomi lokal.
Kegiatan bertajuk Wiken Pagi Wisata Kuliner Narokan 2025 ini merupakan bentuk inovasi dari BUMDes Karya Bersama, yang berkolaborasi dengan Pemerintah Desa Kilensari serta Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian (Diskoperindagin) Kabupaten Situbondo. Konsepnya menyerupai Car Free Day namun dikemas unik dengan nuansa khas lokal.
Tujuan utama acara ini adalah untuk memberdayakan para pelaku UMKM lokal dan mengenalkan kekayaan kuliner serta produk khas Desa Kilensari ke khalayak luas. Masyarakat pun menyambutnya dengan antusias, menandai harapan baru bagi geliat ekonomi desa.
Pembukaan kegiatan diawali dengan senam aerobik bersama yang diikuti oleh ratusan warga dan tamu undangan. Keringat dan tawa mengisi pagi yang cerah, menandai awal yang menggembirakan bagi gelaran perdana ini.
Rangkaian pembukaan dilanjutkan dengan pertunjukan tarian tradisional yang memikat. Gerakan lincah dan kostum warna-warni menambah kemeriahan suasana, mencerminkan kekayaan budaya Panarukan yang tak lekang oleh waktu.
Hadir dalam acara ini sejumlah pejabat penting, antara lain Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo (Mas Rio), Wakil Bupati Ulfiyah (Mbak Ulfi), Ketua TP PKK Kabupaten Situbondo Husna Laili (Mbak Una), serta Kepala Diskoperindagin Edy Wiyono. Tampak pula Danramil Panarukan, beberapa anggota DPRD, camat dari wilayah sekitar, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup.
Kepala Desa Kilensari, Sugiono, dalam sambutannya melaporkan bahwa sebanyak 150 pelaku UMKM ambil bagian dalam kegiatan ini. Mayoritas berasal dari desa setempat, menandakan potensi besar ekonomi masyarakat yang sedang digerakkan.
Mas Rio, dalam sambutan hangatnya, menyelipkan canda yang menggambarkan kedekatan hubungan dengan Wakil Bupati. Ia mengajak seluruh pihak untuk menjaga sinergi dan terus bekerja sama demi Situbondo yang “naik kelas”, sembari mengapresiasi peran para ibu, pelaku UMKM, dan pemilik lahan yang telah memberikan ruang bagi kegiatan ini.
“Wiken Pagi ini luar biasa,” ujar Mas Rio. “Saya ingin ini menjadi ikon baru Panarukan. Orang yang bepergian ke Bali atau Banyuwangi bisa menjadikan ini destinasi singgah. Maka dari itu, kualitas produk dan kebersihannya harus dijaga. Harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan.”
Dalam kesempatan tersebut, Mas Rio mencetuskan tagline baru: Panarukan Hebat, Naik Kelas. Ia berharap tagline ini bisa digunakan dalam berbagai bentuk branding, baik dalam kegiatan resmi kecamatan maupun promosi produk lokal.
Usai acara, Mas Rio menyampaikan beberapa harapannya kepada awak media. Ia menegaskan pentingnya entrepreneurship di tingkat desa dan mengakui bahwa kegiatan seperti ini bisa menjadi fondasi kuat ekonomi kerakyatan.
“Saya juga minta kegiatan semacam ini dikembangkan di wilayah lain, seperti Asembagus atau Kapongan,” tambahnya. “Semakin sering, semakin hidup UMKM kita. Uang berputar, ekonomi bergerak.”
Menanggapi kekurangan fasilitas yang dialami sebagian pedagang, Mas Rio menyatakan pentingnya akomodasi lebih lanjut. “Harus ditampung, semakin banyak UMKM semakin bagus,” tegasnya.
Terkait museum Anyer-Panarukan yang saat ini belum pada lokasi ideal, Mas Rio menyampaikan rencana pemindahan ke area pelabuhan lama, yang juga dirancang sebagai sentra kuliner laut untuk menarik wisatawan.
Kepala Diskoperindagin, Edy Wiyono, turut menyampaikan evaluasinya. Menurutnya, antusiasme masyarakat sangat tinggi, dan ini menunjukkan bahwa kegiatan seperti Wiken Pagi memang dinantikan.
“Kami akan menganggarkan ke depan dan menggandeng CSR perbankan untuk membantu penyediaan tenda dan fasilitas lainnya,” jelas Edy. Ia menambahkan, kehadiran Bupati dalam acara ini menjadi suntikan semangat bagi para pelaku UMKM.
Ia berharap Wiken Pagi menjadi agenda rutin mingguan yang terus berkembang, tidak hanya sebagai pasar kuliner, namun juga ruang bagi seni dan budaya lokal tampil. “Harus jadi pemantik warga untuk terus datang dan mendukung,” ujarnya.
Berbagai produk khas lokal, mulai dari makanan tradisional, minuman herbal, hingga kerajinan tangan dan hasil pertanian, turut meramaikan deretan stand yang tertata rapi di sepanjang jalan Dusun Bataan.
Lebih dari sekadar kegiatan jual-beli, Wiken Pagi menjadi momentum kebangkitan ekonomi berbasis komunitas. Sebuah langkah nyata menuju desa mandiri, yang bertumpu pada kekuatan warganya sendiri.
Dusun Bataan hari itu bukan sekadar lokasi acara. Ia menjadi simbol dari semangat baru masyarakat Kilensari: berani mencoba, berdaya bersama, dan siap naik kelas dalam dunia kewirausahaan lokal.