SITUBONDO – Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, atau yang akrab disapa Mas Rio, akhirnya angkat bicara secara resmi mengenai polemik dugaan kekerasan terhadap seorang jurnalis saat aksi demonstrasi yang berlangsung pada 31 Juli 2025. Dalam konferensi pers yang digelar di Pendopo Rakyat Situbondo, Rabu (6/8/2025), Mas Rio menegaskan bahwa situasi di Situbondo tetap kondusif dan menekankan pentingnya kolaborasi serta keterbukaan.
“Pertama, saya ingin menyikapi isu hangat pasca demonstrasi seminggu lalu. Saya dengar ada laporan ke kepolisian, meskipun saya tidak tahu siapa yang dilaporkan. Tapi banyak diskursus di publik terkait ekses dari aksi itu,” ujar Mas Rio di hadapan awak media.
Ia menyampaikan bahwa selama ini dirinya memilih diam dan belum mengeluarkan pernyataan resmi lantaran menganggap dinamika tersebut sebagai sesuatu yang wajar dalam proses penyesuaian di awal masa kepemimpinannya. Ia menyebut fase ini sebagai “adjustment period” atau masa pengaturan ulang dalam birokrasi, masyarakat sipil, hingga kalangan media.
“Beda gaya kepemimpinan tentu memunculkan reaksi berbeda. Saya ingin media hadir dengan ide dan gagasan. Banyak yang sudah melakukannya, terutama di bidang pertanian, peternakan, dan pariwisata. Tapi sebagian memilih tetap kritis, dan itu sah-sah saja,” ungkapnya.
Mas Rio menekankan bahwa dirinya sangat terbuka terhadap kritik dan telah membuka berbagai ruang dialog, termasuk Forum Rebbuwen yang digelar rutin dan terbuka untuk semua kalangan, termasuk masyarakat yang ingin mengkritik pemerintah. Ia bahkan menyatakan bahwa Pendopo Rakyat Situbondo selalu terbuka 24 jam.
“Sejak saya dilantik, siapa pun boleh datang ke pendopo, bahkan jam 2 atau 3 dini hari. Kopi tersedia, pintu rumah saya tidak pernah saya kunci. Ini cara saya membangun kolaborasi dengan masyarakat,” tegasnya.
Menanggapi aksi demonstrasi 31 Juli lalu, Mas Rio menjelaskan bahwa ia memilih menghadapi langsung para pengunjuk rasa tanpa pengawalan ketat. Hal itu, menurutnya, adalah bentuk penghormatan terhadap demokrasi dan ekspresi publik.
“Saya bukan menantang, tapi saya paham dinamika mahasiswa. Saya juga dulu aktivis. Demo itu dialog, hanya saja tensinya lebih tinggi. Tapi tidak ada yang masuk ke hati saya,” katanya sambil tersenyum.
Lebih lanjut, Mas Rio menepis isu yang menyebutkan dirinya melakukan kekerasan atau persekusi terhadap jurnalis. Ia menganggap tudingan tersebut sebagai bagian dari framing yang tidak berdasar.
“Situbondo ini kondusif untuk jurnalis. Kalau ada yang memframing saya melakukan penganiayaan, itu tidak benar. Bahkan setelah demo, saya tetap berkomunikasi dengan teman-teman yang turun ke jalan,” jelasnya.
Mas Rio juga mengonfirmasi bahwa sejak Senin (4/8), pihaknya telah menjalin komunikasi dengan pihak pelapor dan institusi terkait. Ia menyambut baik langkah evaluatif yang telah ditempuh, termasuk pencabutan laporan kepolisian.
“Itu satu langkah maju. Saya harap dengan pencabutan laporan ini tidak ada lagi aksi atau gerakan lanjutan. Situbondo harus kembali fokus pada pembangunan,” imbuhnya.
Ia menyebut sempat menerima informasi bahwa ada kelompok dari luar daerah seperti Pamekasan dan Bondowoso yang akan datang tanpa mengkonfirmasi kebenaran isu. Namun kini, Mas Rio berharap semua pihak menahan diri.
“Diam saya selama ini bukan karena tidak siap, tapi kami juga sudah siapkan langkah hukum. Ada 10 kuasa hukum kami standby jika diperlukan. Tapi saya bersyukur semuanya bisa diselesaikan dengan baik,” ujarnya.
Mas Rio juga mengingatkan kepada para pendukungnya agar tidak melakukan aksi balasan. Ia menyatakan bahwa saat ini adalah momentum untuk merangkul semua pihak, bukan memperlebar jurang perpecahan.
“Saya punya dua mobil – Hiace dan Avanza – yang selalu siap menjemput siapa saja ke pendopo. Tidak boleh lagi ada dikotomi ‘wartawan istana’ atau bukan. Semua kita rangkul,” katanya.
Mengakhiri konferensi pers, Bupati Rio mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memahami bahwa perubahan yang ia bawa bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi kemajuan Situbondo. Ia bahkan menegaskan siap dikritik jika melakukan penyimpangan, seperti korupsi, kolusi, atau nepotisme.
“Soal keuangan negara, saya sangat terbuka. Teman-teman media punya jaringan untuk bertanya langsung. Saya hanya ingin memperjuangkan kebutuhan masyarakat,” tegasnya.
“Dengan konferensi pers ini, saya harap semuanya sudah jelas. Mari bergandengan tangan menyambut Situbondo naik kelas,” pungkas Mas Rio.