Cicit Raja Champa Menembus Vietnam: 17 Bulan Melawan Mafia Lobster, Kini Membangun Konglomerasi di Negeri Naga Biru

SITUBONDO – Sebuah perjalanan panjang penuh lika-liku akhirnya menorehkan capaian besar bagi HRM Khalilur R. Abdullah Sahlawiy, atau yang akrab disapa Ji Lilur. Setelah 17 bulan melewati medan usaha yang tak mudah, pria berdarah Nusantara itu berhasil menembus dominasi jaringan mafia lobster Indonesia–Vietnam dan kini resmi membangun kolaborasi bisnis budidaya benih bening lobster (BBL) di Vietnam.

Langkah ini tidak hanya menandai pencapaian korporasi, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah pergerakan ekonomi yang sarat dengan nilai-nilai leluhur. Ji Lilur memimpin Bandar Laut Dunia Grup (BALAD GRUP) yang kini telah bermitra dengan empat perusahaan besar Vietnam. Lewat skema joint venture (JV), BALAD GRUP menjalin kerjasama dengan lebih dari 100.000 nelayan pembudidaya benih bening lobster di empat provinsi utama di Vietnam Tengah. Keempat provinsi tersebut adalah:

  1. Khanh Hoa
  2. Phu Yen
  3. Binh Dinh
  4. Ninh Thuan

Provinsi-provinsi ini, secara historis, dulunya merupakan pusat kejayaan Kerajaan Champa, kerajaan besar di Asia Tenggara yang jejak warisannya masih terasa hingga hari ini.

Perjalanan panjang Ji Lilur dimulai sejak awal tahun 2024. Selama 17 bulan, dirinya bersama tim BALAD GRUP bolak-balik antara Jakarta dan Hanoi. Kota Hanoi menjadi pusat pertemuan strategis dengan para mitra bisnis dan pemangku kepentingan di Vietnam. Namun, bagi Ji Lilur, kota-kota besar seperti Hanoi dan Ho Chi Minh hanya menjadi titik transit dari misi besar yang lebih dalam: membangun jejaring bisnis hingga ke akar rumput.

Sejak Jumat, 18 Juli 2025, seluruh urusan korporasi di Hanoi dinyatakan selesai. Ji Lilur kini fokus memperluas ekspansi bisnisnya di Ho Chi Minh City, kota bisnis terbesar di Vietnam. Ia bermalam di Sheraton Saigon, memandang Kota Ho Chi Minh dari lantai 23, sembari merenungkan panggilan leluhur yang menurutnya menjadi bagian dari semangat perjuangan ini.

Baca Juga:
Narasi Negatif soal THR dan Mobdin Dinilai Tidak Mendidik, Eko Febriyanto: Media Harus Jadi Komunikator Kemajuan Daerah

Bagi Ji Lilur, bisnis bukan sekadar hitung-hitungan profit. Di balik misinya membangun usaha budidaya lobster di Vietnam, terselip ikatan sejarah dan darah. Keempat provinsi tempat budidaya lobster saat ini adalah wilayah bekas pusat Kerajaan Champa. Ji Lilur meyakini ada semacam “panggilan leluhur” yang mendorong dirinya menapaki jalur ini.

Ia menuturkan, Sri Jaya Singhavarman, Raja Agung Kerajaan Champa, adalah salah satu leluhurnya. Puteri Candra Wulan, anak Raja Champa, menikah dengan Sayyid Ibrahim As-Samarqandiy, seorang penyebar Islam di Jawa. Mereka melahirkan dua tokoh penting dalam sejarah dakwah di Nusantara:

  1. Sayyid Ali Murtadho (Sunan Gresik)
  2. Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)

“Saya adalah trah ke-13 dari Sayyid Ali Murtadho dari jalur bapak, dan trah ke-19 dari Sunan Ampel dari jalur ibu,” ujar Ji Lilur. “Trah bukan untuk dibanggakan, tapi tantangan yang harus saya jawab dengan pencapaian nyata.”

Bisnis lobster bukanlah ladang yang bersih dari permainan kotor. Di balik industri ekspor lobster benih bening, selama ini terdapat jaringan mafia yang mengatur distribusi dari Indonesia ke Vietnam. Ji Lilur dan BALAD GRUP memilih jalur berbeda: membangun budidaya legal dan bermitra langsung dengan nelayan Vietnam.

“17 bulan saya menerobos dominasi mafia lobster. Pilihannya hanya satu: MENANG!” tegasnya.

Dalam perjalanannya, ia memilih menjaga sebagian rahasia terkait enam JV lainnya yang belum diumumkan secara publik. Ji Lilur mengutip kalimat Sayyidina Ali bin Abi Thalib: Jaga lisan agar terhindar dari cobaan, karena sesungguhnya tutur kata yang tidak terjaga sering menghadirkan cobaan.

Kini, aksi korporasi BALAD GRUP dan Bandar Indonesia Grup (BIG) bergerak cepat menuju konglomerasi. Dua induk perusahaan itu membawahi ratusan anak perusahaan yang aktif di sektor perikanan budidaya dan pertambangan, baik di Indonesia maupun Vietnam.

Baca Juga:
Dari Balik Layar Bisnis Perikanan: Kisah HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy di Tiga Negara

Selain budidaya lobster, Ji Lilur juga aktif di pengusahaan dagang batubara, serta merancang sejumlah lini usaha lain yang sedang disiapkan di Vietnam. “Semua dilakukan dengan diawali Bismillah di bawah semboyan DABATUKA: Demi Allah! Bumi Aku Taklukkan Untuk Kemanusiaan,” ucapnya.

Setelah sukses di Vietnam, Ji Lilur menyebut sudah saatnya menatap negeri lain, termasuk China, yang menurutnya juga punya kaitan dengan sejarah leluhur Nusantara. Ibunda Sultan Fatah, Raja Demak, adalah perempuan berdarah Tionghoa. Sementara, Pangeran Kanduruhan Raja Sumenep di Madura adalah putera Sultan Fatah, yang juga masuk dalam garis keturunannya.

“Trah adalah beban sejarah yang harus saya jawab dengan prestasi yang lebih besar daripada para eyang saya, baik para sunan maupun para raja Nusantara.”

Dengan proses bisnis yang kian membumi di Vietnam, Ji Lilur meyakini usahanya bukan hanya untuk pribadi, tetapi untuk membuka peluang bagi banyak pihak, baik nelayan, pekerja budidaya, maupun masyarakat ekonomi bawah di dua negara.

“Salam Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” salam pamungkas khasnya .

Penulis: WAGEditor: Redaksi
error: