Puluhan Tahun Tak Ternormalisasi, Kali Juma’in Jadi Bom Waktu Banjir Situbondo

SITUBONDO — Kali Juma’in yang membelah pesisir Besuki, Kabupaten Situbondo, kembali menjadi sorotan. Puluhan tahun tak tersentuh normalisasi, sungai ini menjelma sebagai sumber keresahan warga. Hampir setiap musim hujan, banjir tahunan menggenangi rumah-rumah, meninggalkan kerugian dan trauma mendalam.

Kondisi tersebut diakui langsung oleh Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, atau yang akrab disapa Mas Rio. Ia menilai, keterbatasan anggaran daerah menjadi hambatan utama dalam melakukan penanganan sungai secara menyeluruh.

Menurutnya, tumpukan sampah dan sedimentasi lumpur sepanjang 1,5 kilometer telah membuat aliran sungai semakin dangkal. “Saya prediksi Januari banjir, karena selain sampah menumpuk, timbunan tanah di sepanjang sungai sangat tinggi,” ujarnya saat memimpin aksi pembersihan Kali Juma’in, Sabtu (20/9/25).

Mas Rio menambahkan, pengerahan alat berat seadanya dan gotong royong masyarakat hanya sebatas solusi darurat. “Tidak cukup untuk mengatasi kerusakan parah seperti ini. Kita butuh dukungan yang lebih besar,” tegasnya.

Nada serupa datang dari Kepala Desa Besuki, Husamah Bahres. Ia menyesalkan ketiadaan pemeliharaan rutin dari Balai Pengairan. “Seharusnya pemeliharaan dilakukan setiap 3-5 tahun sekali. Tapi sudah puluhan tahun tidak ada perhatian. Akibatnya, banjir ke rumah warga hampir terjadi setiap tahun,” keluhnya.

Baik pemerintah desa maupun kabupaten kini sama-sama berharap adanya intervensi dari Balai Pengairan Bondowoso, Balai Provinsi Jawa Timur, bahkan pemerintah pusat. Desakan mereka jelas: normalisasi harus segera dilakukan agar warga dapat hidup lebih tenang.

Mas Rio juga mengaitkan persoalan Kali Juma’in dengan visi pembangunan nasional. Ia menyinggung program Asta Cita Presiden terpilih Prabowo Subianto yang menitikberatkan pengembangan kawasan pesisir. “Sungai punya peran penting dalam menjaga ekologi. Kalau hanya mengandalkan APBD, jelas tidak kuat. Makanya kita butuh kepekaan dari pemerintah yang lebih tinggi,” tegasnya.

Baca Juga:
KPK Tetapkan Karna Suswandi Sebagai Tersangka Dugaan Kasus Korupsi?

Kondisi sungai yang semakin memprihatinkan ini terjadi akibat akumulasi sedimentasi dan sampah selama bertahun-tahun, ditambah absennya pemeliharaan rutin. Kapasitas sungai pun menurun drastis. Setiap kali hujan deras, air dengan mudah meluap dan merendam pemukiman.

Upaya Pemkab Situbondo sejauh ini hanya mampu menghadirkan solusi tambal sulam. Tanpa dukungan dari provinsi dan pusat, persoalan banjir akibat Kali Juma’in dipastikan akan terus berulang. Masyarakat pun berharap, jeritan mereka kali ini benar-benar sampai ke telinga para pengambil kebijakan.

Penulis: HamzahEditor: Redaksi
error: