Jihad Baru Para Santri: Dari Medan Perang ke Lumbung Pangan Bahari

SUMENEP (SBINews.id) – Tujuh puluh sembilan tahun setelah gema “Resolusi Jihad” membakar semangat perjuangan kemerdekaan, spirit suci itu kembali menggema dari tanah pesisir Nusantara. Bukan lagi desingan peluru, melainkan riak air laut yang menjadi saksi bisu “Jihad Ketahanan Pangan” yang dipimpin oleh generasi santri.

Peringatan Hari Santri Nasional, Rabu (22/10/25), menjadi panggung historis bagi jutaan santri di seluruh Indonesia. Dengan mengusung semangat “Santri Berdaya, Santri Berbudidaya“, sosok HRM. Khalilur R. Abdullah Sahlawiy, yang akrab disapa Gus Lilur, memimpin gerakan masif di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Gerakan ini merupakan tafsir baru atas seruan suci Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945: bahwa membela bangsa adalah wajib, kini diwujudkan dengan menjaga kemandirian ekonomi dan pangan.

Sejak pukul 06.30 WIB, ratusan santri dan masyarakat pesisir Desa Saobi, Kecamatan Kangayan, berkumpul di Teluk Pulau Malang. Di bawah koordinasi Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) dan anak perusahaannya, Bandar Rumput Laut Nusantara Grup (BRULANTARA Grup), mereka memulai penanaman massal rumput laut di lahan perairan seluas tujuh hektar.

Gus Lilur, Founder sekaligus Owner BALAD Grup dan BRULANTARA Grup, menegaskan bahwa kegiatan ini jauh melampaui seremoni Hari Santri belaka. “Ini adalah bentuk nyata jihad ekonomi dan jihad ketahanan pangan,” ujarnya. “Santri harus kembali menjadi kekuatan produksi bangsa. Laut adalah masa depan kita. Inilah jihad baru: jihad ketahanan pangan berbasis sumber daya bahari.”

BRULANTARA Grup hadir dengan visi ambisius yang berpotensi mengubah peta industri maritim global. Perusahaan ini menargetkan ekspansi budidaya rumput laut hingga mencapai 50.000 hektar. Jika terwujud, Indonesia akan mencatatkan sejarah baru sebagai negara dengan area budidaya rumput laut terbesar di dunia.

Baca Juga:
BALAD Grup Ajukan 16 Proposal Budidaya Lobster di Gugusan Teluk Kangean

Momentum ini, menurut Gus Lilur, merupakan penegasan bahwa laut yang mencakup 72 persen wilayah Indonesia harus dioptimalkan menjadi lumbung pangan bangsa, melepaskan ketergantungan pada padi dan gandum.

Inovasi utama dari gerakan ini adalah rencana pembangunan pabrik pengolahan beras rumput laut di dua kabupaten pesisir strategis di utara Jawa Timur: Sumenep dan Situbondo. Beras rumput laut ini dipromosikan sebagai inovasi pangan masa depan, sumber karbohidrat alternatif yang bergizi tinggi, bebas gluten, dan yang terpenting, bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat pesisir.

“Selama ini kita terlalu bergantung pada padi dan gandum. Saatnya laut menjadi lumbung pangan bangsa,” tegasnya.

Jihad Ketahanan Pangan ini juga membawa misi pemberdayaan sosial-ekonomi. Proyek budidaya rumput laut ini diharapkan mampu membuka lapangan kerja yang luas bagi nelayan dan santri, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi baru di wilayah kepulauan yang selama ini kurang tersentuh pembangunan.

“Santri bukan hanya pandai mengaji, tapi juga mampu menjadi pelaku utama industri biru,” tambah Gus Lilur penuh semangat.

Ia menggarisbawahi bahwa gerakan “Santri Berdaya, Santri Berbudidaya” merupakan upaya melanjutkan estafet perjuangan ulama pendahulu. Jika pada 1945 santri mengangkat senjata melawan penjajah demi kemerdekaan, maka kini santri menanam rumput laut untuk melawan ketergantungan pangan dan ekonomi terhadap bangsa lain.

“Kemandirian bangsa dimulai dari pesantren, dari laut, dan dari tangan-tangan santri,” kata Gus Lilur, menekankan upaya mengembalikan marwah santri sebagai pionir perubahan sosial-ekonomi.

Di akhir acara yang penuh makna tersebut, para santri dan masyarakat setempat menanam bibit rumput laut di Teluk Pulau Malang. Proses penanaman diiringi dengan lantunan shalawat dan doa, menciptakan suasana khidmat yang berpadu dengan semangat gotong royong. Setiap ikatan tali bibit rumput laut pada bentangan di laut menjadi simbol tekad kuat dan doa untuk kejayaan pangan Indonesia.

Baca Juga:
Mengukir Poros Maritim Baru: Usulan Tegas BALAD GRUP untuk Presiden dalam Menata Perikanan Budidaya Nasional

Mengakhiri acara, Gus Lilur menyerukan: “Selamat Hari Santri 22 Oktober 1945 – 22 Oktober 2025. Santri berdaya, santri berbudidaya, santri berjihad mempertahankan kemerdekaan, dan kini, santri berjihad menjaga ketahanan pangan,” seru Gus Lilur, lalu menutup dengan pesan moral yang universal:

Salam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia“.

HRM. Khalilur R. Abdullah Sahlawiy (Gus Lilur) adalah Founder & Owner Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) serta Founder & Owner Bandar Rumput Laut Nusantara Grup (BRULANTARA Grup), yang dikenal sebagai Santri Indonesia sekaligus Nelayan Nusantara.

(Sumber: WAG Wartawan Premium)

Penulis: Hamzah Editor: Hamzah
error: