SITUBONDO (SBINews.id) — Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Republik Indonesia hari ini mencatatkan tonggak sejarah baru bagi produk perkebunan nasional. Bertempat di Situbondo, Jawa Timur, Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM, Bagus Rachman SE.MEC, secara resmi melepas ekspor satu kontainer berisikan 15 ton kopi Specialty Argopuro Walida senilai hampir Rp 3 miliar menuju Jeddah, Arab Saudi.
Acara pelepasan ekspor ini bukan hanya seremonial pengiriman komoditas, melainkan juga menjadi penanda dimulainya Inisiasi Program Holding UMKM pada Klaster Perkebunan, sebuah program prioritas yang dirancang untuk mengintegrasikan UMKM ke dalam rantai pasok global, sekaligus memecahkan tantangan klasik yang dihadapi pelaku usaha di akar rumput.
Dalam sambutannya, Deputi Bagus Rachman menyampaikan apresiasi tinggi kepada Pokmas Argopuro Walida. Kelompok masyarakat ini telah berhasil menjalin kemitraan solid dengan 568 petani dan berpotensi melibatkan hingga 1.500 petani kopi di wilayah Situbondo, membuktikan bahwa usaha rakyat memiliki kapabilitas untuk menjadi penentu ekspor.
“Ekspor kopi Argopuro hari ini membuktikan bahwa UMKM kita mampu bersaing di pasar global,” ujar Deputi Bagus Rachman.
Deputi menekankan bahwa Indonesia, sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia, memiliki kekayaan varietas dan cita rasa unik. Lebih dari 90% perkebunan dikelola oleh petani rakyat, menghasilkan banyak produk yang masuk kategori specialty coffee dengan nilai premium.
Optimisme ini didukung oleh data positif. Kinerja ekspor kopi nasional menunjukkan tren peningkatan, di mana nilai ekspor komoditas ini pada tahun 2024 telah mencapai angka fantastis Rp 24,8 triliun. Kopi Argopuro kini menjadi model percontohan bagaimana usaha menengah dapat menjadi lokomotif yang menggerakkan ekosistem UMKM perkebunan.
Menyadari adanya disconnectivity antara UMKM dengan industri besar, terutama dalam hal akses pembiayaan, teknologi, dan pasar, Kementerian UMKM meluncurkan Program Holding UMKM. Program ini bertujuan menciptakan ekosistem rantai pasok yang terintegrasi dari usaha mikro, kecil, menengah, hingga perusahaan besar.

Sektor perkebunan, khususnya kopi, dipilih sebagai salah satu dari 10 sektor prioritas berbasis klaster yang menjanjikan nilai tambah tinggi. Dalam model Holding UMKM ini, Usaha Menengah diberi peran sentral sebagai operator yang menjalankan empat pilar utama:
- Pilar Aggregator: Mengintegrasikan pengusaha UMKM dalam satu klaster untuk mencapai skala ekonomi dan efisiensi produksi.
- Pilar Inkubasi: Memberikan pendampingan, pembinaan, dan penguatan kapasitas kepada Usaha Mikro dan Kecil agar mampu “Naik Kelas“.
- Pilar Pemasaran: Memperluas akses pasar domestik dan internasional dengan menjamin kontinuitas dan kualitas produk sesuai standar global.
- Pilar Pendanaan: Membuka akses pembiayaan yang terintegrasi berbasis ekosistem untuk meminimalkan risiko kredit.
Ekosistem yang dibangun oleh Pokmas Argopuro Walida tidak hanya berfokus pada peningkatan ekonomi semata, tetapi juga menonjolkan aspek pemberdayaan masyarakat dan manfaat sosial yang nyata.
“Model klaster perkebunan kopi Argopuro tidak hanya mendorong peningkatan ekonomi, tetapi juga menghadirkan manfaat sosial yang nyata bagi masyarakat sekitar,” jelas Deputi Bagus Rachman.
Deputi mencontohkan, Pokmas Walida telah mengalokasikan 30% profit usaha mereka untuk mendanai sekolah gratis bagi anak-anak petani kopi, mencakup jenjang pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah.
Melalui pendekatan klaster ini, Kementerian UMKM bertekad mengakhiri praktik UMKM yang berjalan sendiri-sendiri. “Kita bertekad memastikan UMKM terhubung, terintegrasi, dan saling menguatkan dalam satu ekosistem yang mendorong produktivitas, efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan,” pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo (Mas Rio), menyambut baik inisiatif ini dan mengajak generasi muda di daerahnya untuk tidak ragu terjun ke sektor perkebunan.

“Kopi Argopuro punya keunggulan rasa karena ditanam di ketinggian 1.800 meter. Saya ingin anak-anak muda memikirkan masa depan mereka sendiri, karena pemerintah hanya memberi alat bantu, bukan menggantikan peran mereka,” ujar Mas Rio.
Pelepasan ekspor ini sekaligus menjadi deklarasi komitmen pemerintah, BUMN, swasta, dan lembaga keuangan untuk bersama-sama membangun ekosistem kemitraan yang tangguh, berdaya saing tinggi, dan mampu menembus pasar global secara berkelanjutan.
Dengan Holding UMKM sebagai payung baru, Indonesia berharap dapat mengoptimalkan potensi produk rakyat, mulai dari biji kopi Argopuro, hingga komoditas perkebunan lain, untuk menjadi kekuatan utama dalam memperkuat neraca ekspor nasional.










