SITUBONDO – Wajah pertanian Situbondo kini tak lagi identik dengan para tetua di sawah. Di Pendopo Rakyat Situbondo, Selasa (9/9/25), ratusan pemuda energik berkumpul dalam acara Temu Petani Milenial. Acara yang digagas oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertangan) Kabupaten Situbondo ini menjadi wadah untuk merumuskan masa depan pertanian yang modern, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Sebanyak 250 petani berusia di bawah 40 tahun menghadiri acara ini, menunjukkan semangat baru dalam dunia pertanian lokal. Mereka tak hanya ingin bertani, tapi juga berinovasi dengan konsep hilirisasi pertanian: dari tani tradisional menjadi pengusaha muda.

“Petani milenial punya daya pikir segar, inovatif, dan berani mencoba hal-hal baru,” ujar Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, yang akrab disapa Mas Rio.
Dalam sambutannya, Mas Rio menegaskan peran strategis petani milenial dalam mendorong hilirisasi produk pertanian. Menurutnya, komoditas utama seperti padi, jagung, dan kopi bisa diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi.
Mas Rio mencontohkan, kopi Situbondo yang dikemas menjadi bubuk premium, atau beras lokal yang memiliki merek dagang kuat, bisa menjadi kenyataan di tangan para petani muda.
“Ini modal besar untuk mengubah wajah pertanian Situbondo agar lebih modern dan berdaya saing,” tambahnya.

Mas Rio menekankan bahwa bertani bukan lagi pekerjaan tradisional. Dengan memanfaatkan teknologi digital, konsep smart farming, dan pemasaran online, profesi petani bisa menjadi bidang yang menjanjikan dan modern, bukan lagi sekadar di sawah. “Dengan cara itu, peluang yang terbuka akan jauh lebih besar,” ungkapnya.
Ketahanan pangan nasional juga menjadi sorotan utama. Mas Rio menyebut bahwa kemandirian pangan tidak cukup hanya dari ketersediaan bahan mentah, tetapi juga kemampuan mengolah hasil pertanian menjadi produk siap konsumsi.
Acara ini tidak hanya diisi oleh motivasi dari kepala daerah, tetapi juga menghadirkan narasumber berkompeten untuk menambah wawasan dan modal bagi petani masa depan. Mereka adalah Nurul Qomariyah dari Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Malang, Gunawan dari Bank Indonesia Cabang Jember, dan Prof. Gembong Danudiningrat dari P4S Pendawa Kencana Multifarm Sleman, Yogyakarta.
- Nurul Qomariyah: menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan pertanian berbasis teknologi. Ia menilai, petani milenial harus menguasai inovasi budidaya dan strategi pemasaran digital.
- Gunawan dari Bank Indonesia: mendorong petani muda untuk berani memanfaatkan akses pembiayaan. “Modal usaha yang kuat akan mempercepat hilirisasi produk pertanian,” tegasnya.
- Prof. Gembong Danudiningrat: berbagi pengalaman dalam mengelola pertanian terpadu. Ia berpesan agar petani milenial harus berpikir dari hulu ke hilir, tidak hanya berhenti di lahan.
Forum diskusi interaktif juga membuka ruang bagi para peserta untuk bertanya langsung kepada narasumber.
Mas Rio menutup sambutannya dengan komitmen penuh pemerintah daerah untuk mendukung petani milenial, mulai dari akses permodalan, pelatihan, hingga perluasan pasar. Ia berharap, kegiatan ini menjadi momentum lahirnya generasi baru petani Situbondo yang mampu bersaing secara global.
“Pertanian adalah masa depan kita. Kalau milenial mau bergerak, kita bukan hanya menjaga ketahanan pangan Situbondo, tapi juga ikut menjaga ketahanan pangan bangsa,” pungkasnya.












