Napak Tilas Besoeki: Dari Paceklik Madura Menuju Kemakmuran Besuki

Oleh: Aguk Prayogi, S.Pd., Kepala Desa Demung, Kecamatan Besuki, Situbondo

BESUKI — Di tengah khidmatnya acara Tahlil Akbar yang dilanjutkan dengan Napak Tilas Besoeki, seorang pemerhati sejarah bernama Aguk Prayogi, S.Pd., yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Demung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, menceritakan kembali jejak langkah bersejarah yang menjadi tonggak lahirnya Besuki. Kisah ini berpusat pada sosok bangsawan Madura, Kiai Raden Abdurrahman Wirobroto, yang memiliki garis keturunan dari Pangkubuwono II.

Cerita dimulai dari Desa Tanjung, Pademawu, Pamekasan, Madura, di mana paceklik hebat melanda. Kondisi ini membuat Kiai Wirobroto dan keluarganya, meskipun berstatus bangsawan, menghadapi kesulitan hidup. Sebuah petunjuk membawanya memulai perjalanan hijrah. Pada 28 September 1741, dengan bekal seadanya, ia mengarungi lautan dari Pantai Jumiang menuju sebuah wilayah yang dikenal sebagai Nambekor, kini menjadi bagian dari Dusun Ketah Kulon, Desa Demung.

Setibanya di sana, Kiai Wirobroto langsung membabat hutan belantara untuk membuka lahan. Ia bekerja keras selama dua tahun hingga tanah di Demung menjadi subur dan makmur. Pada 10 Muharram 1743, ia kembali ke Madura untuk menjemput putranya, Raden Bagus Kasim Wirodipuro, yang lebih dikenal sebagai Kyai Patih Alos atau Ke Pate Alos.

Bersama putranya, Kiai Wirobroto juga mengajak 20 kepala keluarga lain dari Madura. Mereka hanya dibekali buah kelapa, yang saat itu tumbuh subur di wilayah tersebut (sebuah detail yang bagi Rahmat sangat masuk akal, menggambarkan kondisi saat itu). Kedatangan rombongan ini menjadi cikal bakal terbentuknya Dusun Madura, dinamakan demikian karena dihuni oleh orang-orang Madura.

Dengan hadirnya Kyai Patih Alos, Demung semakin maju. Kiai Wirobroto dan putranya bahu-membahu membangun wilayah ini. Mereka juga memperkuat diri dengan mencari ilmu. Keduanya berguru kepada Panembahan Kele di daerah Carron (Pecaron). Dari gurunya, Kiai Wirobroto mendapat pesan penting: “Wiro, kamu jangan mau jadi jajahannya Sentong (Bondowoso), kamu harus mau menjadi jajahannya Banger (Probolinggo – Tumenggung Joyo Lelono).”

Baca Juga:
Ji Lilur Jelaskan Perombakan Kebijakan Ekspor Benih Lobster: Presiden Ambil Alih Kewenangan

Pesan ini terbukti relevan ketika Sentong berusaha menjajah Demung. Kiai Wirobroto, dengan keberanian dan kesaktiannya, memimpin perlawanan. Perang sengit pun pecah, dan Demung berhasil memenangkan pertempuran. Kiai Wirobroto bahkan mengejar pasukan Sentong hingga ke sebuah daerah. Di sanalah, terdengar kokok ayam di waktu subuh, yang kemudian mengilhami nama daerah tersebut menjadi Suboh.

Setelah kemenangan itu, Tumenggung Joyo Lelono dari Probolinggo mengutus pamannya untuk menemui Kiai Wirobroto. Sesuai petunjuk gurunya, Kiai Wirobroto menerima tawaran untuk menjadi bawahan Probolinggo. Aliansi strategis ini membuka babak baru dalam sejarah Demung. Aliansi strategis kedua belah pihak semakin erat, terutama setelah Kyai Patih Alos (dikenal memiliki perangai halus, strategi perang yang bagus, didukung dengan kesaktian madraguna) diambil sebagai anak menantu oleh Tumenggung Joyo Lelono.

Kisah berlanjut ketika Kiai Wirobroto mengantarkan putranya untuk tinggal di Banger, Probolinggo. Kiai Wirobroto sendiri diangkat menjadi Demang pertama di Demung. Namun, seiring dengan pesatnya kemajuan Demung, banyak kerajaan lain yang mencoba untuk menjajah wilayah ini. Kiai Wirobroto tetap teguh, hanya ingin beraliansi dengan Probolinggo.

Puncaknya, Tumenggung Joyo Lelono menyarankan agar anak Kiai Wirobroto meneruskan jabatan demang. Pada tanggal 8 September 1764, terjadi perpindahan pusat pemerintahan. Kiai Wirobroto dan keluarganya pindah menuju Kali Jumain, Berek Songai (Barat Sungai).

Menurut Rahmat, momen inilah yang menjadi pijakan utama dalam penetapan Hari Jadi Besuki. Perpindahan bersejarah pada 8 September 1764 tersebut kini dirayakan sebagai hari lahirnya Besuki. Hingga kini, Besuki telah mencapai usia 261 tahun, dihitung dari tanggal 8 September 1764.

Aguk mengakhiri narasinya dengan harapan, “Mudah-mudahan ke depan Demung dan Besuki, Situbondo pada umumnya, selalu mendapat barokah dari Allah.”

Baca Juga:
Napak Tilas Besoeki Jadi Puncak Hari Jadi Besuki ke-261
error: