SITUBONDO (SBINews.id) – Pemerintah Kabupaten Situbondo menunjukkan komitmen seriusnya dalam mengoptimalkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), menjadikan anggaran tersebut sebagai ujung tombak untuk peningkatan kesejahteraan ribuan petani tembakau di Bumi Shalawat Nariyah. Melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertangan), pemanfaatan dana cukai ini difokuskan pada program yang berdampak langsung dan nyata.
Pascapanen tembakau, Dispertangan Situbondo sigap mengambil langkah strategis dengan menggelar Pelatihan Pasca Panen Tembakau. Kegiatan masif ini dilaksanakan selama sebelas hari penuh, terhitung sejak 29 September hingga 9 Oktober 2025, menjangkau delapan lokasi sentra tembakau berbeda di Situbondo.
Pelatihan ini, yang sepenuhnya didanai oleh DBHCHT sektor pertanian, memiliki misi ganda: meningkatkan kualitas produksi tembakau dan mengasah keterampilan teknis petani pascapanen. Fokus utama materi yang disajikan adalah tata cara perajangan dan pengeringan daun tembakau yang memenuhi standar mutu.
Kepala Dispertangan Situbondo, Dadang Aries Bintoro, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah manifestasi konkret kehadiran pemerintah daerah di tengah-tengah petani. Pelatihan ini menjadi bukti nyata dukungan pemerintah untuk memperkuat kapasitas dan daya saing petani tembakau lokal.
“Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap para petani tembakau Situbondo mampu mengelola hasil panennya dengan teknik yang lebih efisien, higienis, dan bernilai ekonomi tinggi,” ujar Dadang Aries Bintoro. Ia menekankan bahwa melalui anggaran DBHCHT ini, petani tembakau harus benar-benar merasakan manfaatnya.
Lebih jauh, Dadang Aries Bintoro memaparkan bahwa Pelatihan Pascapanen Tembakau ini adalah bagian integral dari strategi jangka panjang Pemkab Situbondo. Program ini dirancang untuk membentuk petani tembakau yang adaptif dan siap menghadapi kebutuhan pasar, baik lokal maupun global.
“Kami ingin para petani tembakau lebih profesional dalam mengelola lahan pertaniannya,” harap Kepala Dispertangan tersebut. Menurutnya, petani Situbondo tidak boleh hanya berposisi sebagai penghasil bahan baku, tetapi juga sebagai pengelola produk yang memahami dan menerapkan standar mutu tembakau.
Kepala Bidang Penyuluhan pada Dispertangan, Zaini, menambahkan bahwa inisiatif pelatihan ini selaras penuh dengan visi dan misi pembangunan yang diusung oleh Bupati dan Wakil Bupati Situbondo. Pelatihan ini juga diposisikan sebagai langkah awal strategis menjelang pembangunan Pasar Tembakau di Kecamatan Besuki pada tahun 2026.
“Keberadaan pasar tembakau yang akan dibangun pemerintah tersebut akan menjadi pusat perdagangan hasil tembakau Situbondo,” kata Zaini. Pasar ini diharapkan dapat memperluas akses penjualan dan secara signifikan memperpendek rantai distribusi hasil tembakau petani.
Zaini juga menjelaskan bahwa Dispertangan berupaya keras menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) petani tembakau agar mampu bersaing, bukan hanya dari sisi kuantitas panen, tetapi juga dari aspek kualitas produk.
“Dengan dukungan DBHCHT, Pemkab Situbondo terus berkomitmen mengarahkan dana cukai hasil tembakau untuk program yang berdampak langsung pada ribuan petani tembakau yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah,” tegas Zaini.
Ia lantas menekankan bahwa program ini bukanlah sekadar pelatihan sesaat, melainkan investasi jangka panjang yang ditujukan untuk menjamin keberlanjutan dan kesejahteraan petani tembakau Situbondo.
“Semoga pelatihan ini bisa lebih meningkatkan profesionalitas petani tembakau dalam pengelolaan lahan dan produksi tembakau,” pungkas Zaini penuh harap.
Antusiasme menyambut kegiatan ini terlihat jelas dari para petani tembakau peserta pelatihan. Hasan Basri, salah satu petani dari Kecamatan Sumbermalang, mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Dalam pelatihan ini, saya bersama teman-teman lainnya banyak mendapat ilmu baru yang bisa langsung diterapkan di lapangan,” jelasnya.
Hasan Basri mengakui bahwa selama ini, pengelolaan lahan dan produksi tembakau di lapangannya masih banyak mengandalkan pengalaman turun-temurun. Namun, setelah mengikuti pelatihan, pemahaman mereka menjadi lebih komprehensif, khususnya dalam mengontrol suhu, kelembapan, dan teknik perajangan untuk mencegah kerusakan daun dan menjaga kualitas aroma.
“Pelatihan ini menambah pengalaman kami para petani tembakau agar lebih profesional dalam mengelola lahan hingga merajang tembakau dengan baik,” kata Hasan Basri.
Kegiatan pelatihan ini tersebar di delapan sentra produksi, mencakup Kecamatan Suboh, Mlandingan, Sumbermalang, Jatibanteng, Besuki, hingga Banyuglugur. Peserta yang hadir merupakan perwakilan kelompok tani tembakau dari wilayah-wilayah tersebut.
Untuk menjamin kualitas dan kedalaman materi, Dispertangan Situbondo menggandeng institusi kredibel: Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Malang. Lembaga di bawah Kementerian Pertanian ini menugaskan sejumlah widyaiswara ahli madya sebagai narasumber.
Para ahli yang hadir secara bergantian di tiap lokasi meliputi Saeroji, S.P., M.Agr., Dr. Saptini Mukti Rahajeng, S.Si., M.Si., Ir. Tuban, M.Agr., dan Nunung Nurhadi, S.P., M.Agr. Kehadiran mereka memastikan materi yang disampaikan berbasis keilmuan dan praktik terbaik.
Salah satu narasumber, Dr. Saptini Mukti Rahajeng, menegaskan bahwa manajemen pascapanen merupakan kunci utama dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan mutu tembakau Situbondo.
“Proses pengeringan dan perajangan yang tepat akan menentukan warna, aroma, dan kadar air daun tembakau,” terang Dr. Saptini Mukti Rahajeng. Ia menyimpulkan bahwa dengan teknik yang benar, kualitas tembakau bisa meningkat dan harga jualnya pun lebih tinggi.
Selain mendalami teknik pengolahan pascapanen, peserta juga dibekali materi vital terkait kebijakan pemerintah tentang pupuk bersubsidi dan pemahaman mengenai standar mutu tembakau nasional. Seluruh rangkaian kegiatan dilengkapi dengan sesi praktik langsung, diskusi interaktif, dan tindak lanjut bersama para penyuluh lapangan setempat.