Menakar Masa Depan Situbondo dari Genggaman Beasiswa Cerdas

SITUBONDO — Masa depan Situbondo bukan hanya tentang pembangunan infrastruktur, tetapi juga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Hal ini menjadi topik utama dalam agenda penting “Sharing Session Penerima Beasiswa Situbondo Cerdas Tahun 2025” yang digelar di Pendopo Rakyat Kabupaten Situbondo, Sabtu (16/8). Acara ini dihadiri oleh 65 calon penerima beasiswa, para pejabat daerah, dan akademisi, termasuk Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo (Mas Rio) dan Prof. Dr. Mohammad Saleh, Guru Besar dari Universitas Jember (UNEJ).

Dalam pidatonya yang lugas, Mas Rio menekankan pentingnya komitmen dan tanggung jawab para penerima beasiswa. Ia mengingatkan bahwa dana beasiswa berasal dari uang rakyat, bukan dari kantong pribadi pejabat. Oleh karena itu, para penerima memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan kontribusi nyata bagi Situbondo di masa depan.

“Kalau diundang sebagian tidak hadir, itu sebaiknya langsung dicoret penerimanya. Karena ini komitmen,” tegas Mas Rio. “Pertanggungjawabannya bukan kepada saya, bukan kepada siapapun. Tapi kepada rakyat. Rakyat yang membiayai adik-adik semuanya.”

Mas Rio menyebut bahwa program beasiswa ini harus menjadi melting pot, tempat bertemunya semua kepentingan dan kebutuhan masa depan Situbondo. Ia mengkritik pola program beasiswa sebelumnya yang terkesan “artifisial” dan hanya menjadi janji politik. Menurutnya, masalah substantif adalah bagaimana memastikan setiap anak Situbondo memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan tinggi, dengan manajemen anggaran dan distribusi yang tepat. Tahun ini, anggaran beasiswa mencapai Rp 3,1 miliar.

Bupati juga menyoroti lemahnya jaringan antar-penerima beasiswa. “Your network is your future network. Jaringanmu hari ini adalah kekayaanmu di masa depan,” ucapnya, mengutip kutipan populer. Ia mendorong para mahasiswa untuk saling terhubung dan berbagi, bahkan untuk hal-hal sederhana seperti urusan Uang Kuliah Tunggal (UKT) atau bahan kuliah.

Baca Juga:
Satlantas Bondowoso Hentikan Pengguna Jalan Untuk Memberikan Penghormatan Kepada Bendera Merah Putih

Untuk mengatasi masalah ini, Mas Rio menginstruksikan pembentukan Yayasan Beasiswa Unggul atau Cerdas. Yayasan ini diharapkan menjadi wadah bagi para alumni dan penerima beasiswa untuk saling berinteraksi, berbagi pengalaman, dan bertukar informasi, termasuk peluang kerja. Ia berharap para alumni mau kembali dan membangun Situbondo, alih-alih berkarir di luar daerah. “Enak di elu, enggak enak di gua kalau begitu kan? Kuliah dibiayain sama rakyat Situbondo tapi nanti berkarirnya bukan untuk rakyat Situbondo,” sindirnya.

Situbondo Kekurangan Tenaga Kesehatan, Jurusan Eksakta Jadi Prioritas

Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. H. Fathor Rakhman, M.Pd., menambahkan bahwa sejak program beasiswa “Situbondo Unggul” diluncurkan pada 2013, tercatat 135 orang telah menjadi penerima. Mirisnya, mayoritas dari mereka—sekitar 100 orang—berasal dari program studi sosial, sementara bidang eksakta hanya 35 orang. Padahal, kebutuhan daerah saat ini justru besar di sektor eksakta, khususnya tenaga kesehatan.

“Situbondo masih membutuhkan sekitar 38 dokter, sementara penerima beasiswa kedokteran baru 5 orang,” ungkap Fathor.

Ia mengakui, mekanisme seleksi beasiswa yang lama memiliki kelemahan karena tidak ada sistem pemantauan data lulusan. Data alumni tidak tercatat dengan baik, sehingga pemerintah daerah tidak tahu ke mana para lulusan beasiswa ini terserap. Guna mengatasi masalah ini, sejak tahun 2021, Pemerintah Kabupaten Situbondo telah mengembangkan aplikasi khusus untuk memantau perkembangan studi dan penempatan kerja para penerima beasiswa.

Sementara itu, dalam wawancara terpisah, Mas Rio menegaskan bahwa persoalan utama bukan hanya ketersediaan program, tetapi ketiadaan wadah koordinasi yang jelas. Ia mengusulkan “rumah bersama” atau melting pot dalam bentuk yayasan, kantor, atau aplikasi digital yang bisa menjadi pusat informasi, mentoring, dan penyediaan lowongan kerja. Tujuannya agar para mahasiswa memiliki arah yang jelas setelah lulus dan tidak bingung mencari tempat magang atau kerja.

Baca Juga:
Agus Gagah Saroso: Putra Situbondo yang Siap Berkiprah untuk Masa Depan Lebih Baik

Selain itu, ia menekankan pentingnya mengarahkan jurusan penerima beasiswa pada bidang yang relevan dengan potensi daerah, seperti perikanan, pariwisata, kerajinan, dan teknologi pertanian. Dengan demikian, program pembangunan SDM dapat berjalan secara sinkron dengan kebutuhan lokal.

“Tanpa adanya wadah koordinasi yang jelas, potensi besar yang dimiliki Situbondo, baik sumber daya manusia maupun potensi sektor unggulan, akan sulit berkembang secara maksimal,” pungkasnya.

Penulis: HamzahEditor: Redaksi
error: